Selasa, 29 April 2008

POTRET KENANGAN


KURNIAWAN YUNIANTO :

CATATAN ANGANANGAN

: sita yang cukup jelita


bertahuntahun silam nyaris di tiap perjumpaan
pernah kita saling menghalau kenyataan :

berjalan mendaki jauh ke tepi
beriringan sambil saling memandang sesekali
ada kesenangan pada awal saat memulai
saat saat yang sulit ditukarganti
meski kemudian ada yang tibatiba datang
lalu mewujud dalam hitam bayangbayang
meski tak saling memagut
berpaut kita di atas tanah dan rumput
matahari baru saja mencairkan dingin pagi
bayangbayang kita baringrebahan
di atas batubatu hitam
yang mulai terasa menegaskan kehangatan
di jauh mata menebarkan pandang
gununggunung dan perbukitan
tampak hijau samar dilindap kabut
mengabur transparan
tapi bayanagbayang kita tetap tak ke manamana

:
selain cuma ke merangkaki
jalanan terjal penuh bebatuan tajam
lelah melenguhlenguh dibekapbeku dingin angan

Senin, 28 April 2008

Sehari ini

PAGI

matahari belum lagi tinggi
air mata telah kembali
netes ke pipi
kerna nyaris semua yang pergi
tak pernah kembali
dimana Engkau kini
tentu selalu di sini
di hati
di mana tiap orang pasti pulang dari pergi

Wanamukti, Desember 2005



SIANG

hiruk pikuk orang
wajah muram
berbalut geram
di hari siang
hampir semua jenis senyum
melayang
nyaris tak ada yang tersisa
begitupun tegur sapa
lalu kemana
perginya
mantra dan puji puja

Wanamukti, Desember 2005


SENJA

nyaris berulang kali sama
begini selalu ketika
matahari kembali ke bumi
saat yang ditunggu semua makhluk
untuk segera
melantunkan mantra dan puji puja
sesaat itu ada yang nyelinap
namun mengapa
begitu hanya sesaat
sekedar nyelinap
tak pernah mukim

Wanamukti, awal Januari 2006


MALAM

saat saat
melantunkan
mantra dan puji puja
namun hampir selalu saja
menemu dunia
lalu bagaimana dengan
kerinduan kerinduan
kenapa tak kunjung usai
mencabik cabik hati

Wanamukti, awal Januari 2006