Jumat, 28 November 2008

SEPERCIK AIR

Kurniawan Yunianto :

SEPERCIK AIR



hembusan angin pagi
melentingkan tetesan embun dari ujung daun
sepercik air, tetap saja membasahi tanah

sementara sekawanan lebah mengiringkan sang ratu hijrah
terik matahari tak pernah lupa mematangkan segenap ciptaan

tak perlu menunggu hujan menderas
untuk memecahkan cadas


sejengkal ke depan ke tanah berkalang
tak surut langkah memakin juang

pernah kubilang, beberapa rasa ingin telah moksa
nah, ini satu diantaranya, yang masih tersisa

aku ingin cepatcepat mati
kerna jika nanti hidup kembali
aku bisa memilih menjadi siapa saja yang kuingini
tentu bukan lagi raja ataupun si penyanyi



kompas.com

Selasa, 25 November 2008

PERNIKAHAN TUNGGAL

Kurniawan Yunianto :

PERNIKAHAN TUNGGAL



mengenakan pakaian pengantin adat jawa
iringiringan keluarga sanak saudara
mengantarku, ke sebuah peristiwa
yang begitu penting dan sakral seharusnya
prosesi perkawinan kulalui dengan sepenuh hati
mulai dari siraman, akad nikah, hingga ke pelaminan
segenap undanganpun mengikuti acara dengan seksama
tak ada tandatanda ataupun isyarat dari mereka
yang memperlihatkan rasa heran
semua tampak normal dan wajarwajar saja
layaknya sebuah peristiwa pernikahan biasa


lalu aku mulai merasa aneh dan janggal
bagaimana tidak, jika mempelaiku tak ada di sepanjang ritual
kedua mataku tak mengindera keberadaanya
di pelaminan, di sampingku selain udara tak ada siapasiapa
tapi seluruh prosesi tetap kujalani tanpa bertanya


kalian tak percaya bukan
itulah mimpiku, yang sungguh terasa begitu nyata

yang kemudian membuatku menyesal
adalah kenapa baru kemarin malam
peristiwa lebih dari sebelas tahun lalu itu kusadari sebagai mimpi
lalu butuh berapa lama untuk memaknai dan mewujudkannya

pada akhirnya, aku memang tak pernah menikahi apa atau siapa

meski saat ini terutara pula kenyataan dunia 
isteriku baikbaik saja merawat dan menjaga dua anak kami
yang telah pula mengikrarkan janjijanji
untuk kemudian bersusahpayah memahami
sebelum pada akhirnya dengan segenap hati berupaya menepati

mungkin kalian masih tak percaya
dan bisa jadi telah menganggapku gila

lalu apa lagi yang harus ku lakukan agar kalian dapat paham
wahai jiwajiwa yang berada di akal dan pikir
di sungguh jauh dari hati dan cinta

Selasa, 18 November 2008

PERTARUHAN

Kurniawan Yunianto :

PERTARUHAN


tak jua luka menganga
dapat mengikis tubuh yang telah menua
siapa lagi coba menghentikan langkah si pejalan tua
kaukah itu, yang mengaku sebagai datuk utara

kau sedang bertaruh rupanya
pada perjudian yang bukan kau sendiri yang mencipta
serupa akan menaruh satu kata
pada lajur kalimat karya pujangga ternama

belum sampai ke tepi alur
berceceran, hanya menyisakan satu huruf
yang juga menolak mukim di genggaman
meski kau coba maknai dengan segala harapan




masyarakat sastra

Kamis, 06 November 2008

KENAPA BUKAN GERIMIS

Kurniawan Yunianto :

KENAPA BUKAN GERIMIS


tik tik tik tik tik

ternyata kau lagi
masih tak bosan menyerupa jam dinding di buta pagi
padahal tadinya kusangka gerimis sedang berjingkat

Sabtu, 01 November 2008

DUA MATAHARI

Kurniawan Yunianto :

DUA MATAHARI


dua matahari berada di atas kepala
padang kurusetra membara
tempat pembantaian ribuan serdadu dan ksatria
yang memilih laku ketimbang mengumbar suara

satu niatan telah diteguhkan
segenap kehendak telah disatukan
tombak dan anak panah pun ditajamkan

padang pertempuran nyatanyata di hadapan
peperangan tak lagi dapat dihindarkan
maka sebagai pilihan
maju ke kancah medan atau tenggelam menyeret angan


dua matahari berada di atas kepala
raja di negeri kami kembar dua
satu di tahta satu rakyat jelata
meretas jalan singgasana tak kemanamana

satu niatan telah diteguhkan
segenap kehendak telah ditekadkan
tubuh dan jiwa pun dipersiapkan

segala sengkarut menghadang di depan di ujung jalan
ke sanalah kaki dilangkahkan, ke pendadaran
kepada siapa saja yang kawogan
termungkinkan jalan menuju kadewatan