Sabtu, 28 Mei 2016

RUMAH

RUMAH

dinding, atap hanya batas
sebagaimana lantai tempat berpijak
di sini mengalir segala rutinitas
segenap nadi seluruh nafas

sederas apapun, hujan tak mampu
mengetuk-ngetuk jendela
karena kini, hati tak lagi berpintu
gerbanglah ia

yang berdetak di dalamnya
bukan jam dinding, bukan pula waktu
kita tak perlu lagi berkemas
apalagi cemas

27.05.2016

Minggu, 15 Mei 2016

SUKAR

SUKAR

sebab kalender usang
detak jam pun asing

jarak tempuh diusung
waktu asyik iseng

nyaris semua tertukar
tak lagi dapat ditakar

yang terlanjur tertakar
jadi sulit ditukar

lalu yang kalian pasang
benarkah pasung

pisang dalam sangkar
bagi yang tersingkir

tapi ini bukan burung
bukan pula barang

sering kali saling silang
gagal bertegur sulang


15.05.2016

Rabu, 11 Mei 2016

SYAIR CINTA TERSESAT ANTARA DAPUR DAN KAMAR TIDUR

SYAIR CINTA TERSESAT
ANTARA DAPUR DAN KAMAR TIDUR


bersama rasa kantuk yang sangat
sembari mengulum senyum
kau dengan ringan menyeret suaramu

"baru saja aku bermimpi
aku sudah sampai ke bintang-bintang"

begitu katamu, setengah sadar,
menjawab pertanyaan saat aku pulang

"apakah kau sudah makan sayang?"

kenapa lalu aku yang jadi lapar
bergegas ke dapur mencari makanan
pikiranku tiba-tiba pingsan
saat mencium nasi yang telah basi

dan kau masih tersenyum dalam pejam
melanjutkan mimpi dan keterbatasan
membiarkan biji mataku jatuh
menimpa cemas yang kau tinggalkan

baiklah sayang
cincin kawin kita di rumah pegadaian
memang tak butuh penebusan

hai, sampai di mana tadi
tidurmu belum terlalu jauh bukan



11.05.2011

SEMACAM JAGA SEMPAT SEBELUM SEMPIT

SEMACAM JAGA SEMPAT 
SEBELUM SEMPIT

kami tertawa dengan serius 
kami terlanjur lupa dengan serius
berharap dengan serius saling mengingatkan

sebelum suara-suara dari pengeras suara 
dan satu dua peristiwa tak terduga
semisal, bermain ular tangga

10.05.2016

Sabtu, 07 Mei 2016

MENJELANG KEMARAU

MENJELANG KEMARAU

selain waktu,
seringkali jarak menjadi kambing hitam
atas saling melupakan, yang mulai pelan-pelan berjalan
bahkan, sejak pertama kali bertemu pandang

kau aku sangat paham
bagaimana terus menjaga saling mengkhawatirkan
mengakui, memaklumi tubuh yang egois ini
yang tak selalu mudah ditoleransi

membiarkan kebohongan, berdusta
atau sedang berupaya mencapai lupa dengan sendirinya
berlalu begitu saja

maag yang mulai sering hadir, diare, demam, batuk
sembuh kambuh tanpa memberi tahu lebih dulu
seperti engkau kepadaku

tak pernah benar-benar cerai dariku

sunyi mencair mengalir lalu kembali beku, di matamu
yang basah, yang coklat tanah itu


07.05.2012

BUKAN UNTUK DIKENANG

BUKAN UNTUK DIKENANG

di sini, salju, tulip, hutan dan ikan hiu
hanyalah keisengan chanel televisi
di gegap gempita peradaban global
agar tak dianggap gombal

selepas maghrib, yang didendangkan
biasanya lagu dangdut berbahasa lokal
lalu apa yang dapat ditemukan
ketika pengkhotbah mulai membual

sementara purnama ada di mana-mana
selain tentu dituliskan di banyak buku
penanda birahi yang menggelegak
ke puncak rasa ingin tahu

tuhan, agama, ilmu pengetahuan
hanya seolah memenuhi kewajiban
jadi modal pengakuan kaum beradab
mewujudkah tanggung jawab

sedang kau aku tentu bukan mereka
demikian pula perbincangan kami
meskipun boleh dibawa ke mana-mana
tak serta merta boleh dipuji

lebih-lebih untuk sekadar dijual rugi

05.04.2014