Kurniawan Yunianto :
SEPERCIK AIR
hembusan angin pagi
melentingkan tetesan embun dari ujung daun
sepercik air, tetap saja membasahi tanah
sementara sekawanan lebah mengiringkan sang ratu hijrah
terik matahari tak pernah lupa mematangkan segenap ciptaan
tak perlu menunggu hujan menderas
untuk memecahkan cadas
sejengkal ke depan ke tanah berkalang
tak surut langkah memakin juang
pernah kubilang, beberapa rasa ingin telah moksa
nah, ini satu diantaranya, yang masih tersisa
aku ingin cepatcepat mati
kerna jika nanti hidup kembali
aku bisa memilih menjadi siapa saja yang kuingini
tentu bukan lagi raja ataupun si penyanyi
kompas.com
Jumat, 28 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar