Rabu, 17 Agustus 2011

MASIHKAH ENGKAU VEGETARIAN

MASIHKAH ENGKAU VEGETARIAN


ada sepiring nasi yang hadir
dari keringat yang menyisakan kristal garam
ada tahu dan tempe yang digoreng
dengan minyak yang mendidih
menjadi menu yang meski sederhana
tapi telah begitu lama menegaskan kehidupan

pagi ini kudapan kita brokoli rebus setengah matang
masih terlalu panas bagi lidah sayang
makanlah pelanpelan hingga akhir kehangatan
menjadi kenangan yang dapat kita ajarkan
pada seluruh darah dan bagian tubuh

terus mengisi tak pernah henti tak jua penuh
hingga layak dan pantas menjadi contoh
bagi anakanak yang lahir
dari segenap bebijian yang tertanam
yang lama tumbuh pada rahimmu
sebelum kemudian resah mencari bapaknya

tajamlah segenap indera
setelah melalui musim kering lewat asah
yang mungkin saja melelahkan
tapi betapa merawat dan mangasuh keinginan
membesarkan generasi zaman berzaman

barangkali pada suatu saat nanti
kita hanya butuh minum sehari sekali
seteguk yang bikin basah pelataran rumah
lalu bergoyanggoyang pada kursi yang tertiup angin
di beranda yang terang saat menikmati senja

terserah siapa yang akan berangkat duluan
bersamasama atau sendirian
tak lagi menjadi begitu penting bukan
seperti halnya semua yang pernah kita makan

perjamuan telah dihadirkan
jauh sebelum hari yang dijanjikan



12.08.2011

DUA GELAS SEKOTENG MASIH HANGAT MESKI TELAH LAMA KITA TINGGALKAN

DUA GELAS SEKOTENG MASIH HANGAT
MESKI TELAH LAMA KITA TINGGALKAN


sejak tiap pagi, penuh dengan rasa terimakasih,
aku tidak peduli malam ini purnama ke berapa, 
yang pasti dadaku gagal menjadi dingin --
kursi meja tertawa lalu merapatkan duduknya.

kubiarkan wajah yang pura-pura jadi rembulan,
mengapung di segelas sekoteng yang hangat,
bahkan ketika rambut dan telapak tangan, lebih 
suka sebagai udara di atas gelas lainnya.

tubuh kita kemudian yang lebih banyak bicara,
lelah yang tak terasa cuma awal sebuah jeda 
yang akan dibutuhkan sebagai bekal mendatang
saat sua bukan lagi sebuah pilihan.

maaf jika kemarin-kemarin telah kucurituliskan
sekian warna yang lekas menjadi tua, justru 
setelah kaupakai tanpa sedikit pun prasangka,
tanpa keinginan terlihat seksi atau jelita.

pandang mata ini mesti melampaui kutub bukan,
kau boleh ke utara, biar aku saja yang ke selatan 
cepat lambat, kita akan saling berhadapan.

saling menemukan sedih, gembira dan keraguan
yang gigih kita sembunyikan di balik celana,
baju, kutang dan segala yang melekat di badan.
menjadi sekadar jejak-jejak perjalanan,

masa lalu tak harus berkali-kali ditengok ulang.
betapapun sepasang gelas kian erat berpelukan.


15.08.2011