Rabu, 25 Oktober 2017

SAAT JATUH TEMPO

SAAT JATUH TEMPO


baru saja kaucium putingku,
ketika tiba-tiba telepon berdering--- 
pesan, suara dalam telepon menyebut;
kode, angka dan nama tempat.

pulsa listrik, angsuran motor, toko online,
KTP, regristrasi dan laporan-laporan---
cincin kawin masih betah di pegadaian.
---ini bukan perkara kesedihan.

baiklah, memang urusan dunia---
kita akan menukarkan nota bensin,
pengiriman barangnya boleh hari minggu,
tapi campingnya tetap pada hari senin.
---ya, bak mandi belum terisi penuh.

beberapa rencana bisa ditunda,
yang bukan rencana pun bisa dilanjutkan,
---jika harus mandi dulu---itu cuma jeda
hingga rambutmu kering tentunya.

"suara musiknya bisa dikecilkan sayang?"

tak ada jawaban---aku tahu mulutnya sibuk---
tapi tangannya meraih remote kontrol.


2017

Minggu, 15 Oktober 2017

MENIKAH

MENIKAH


akhir malam tak ada engkau 
sendiri di pelaminan, terpukau

biarlah, kunikahi diriku sendiri 
sebelum menyuntingmu, gusti


2009

Kamis, 12 Oktober 2017

LELAKI BASAH, PEREMPUAN GARAM

LELAKI BASAH, PEREMPUAN GARAM
Sayup-sayup suara perempuan yang matanya telah kering mengusik telinga. Lelaki dengan kesedihan selekas kebahagiaan yang cuma hadir sekejap, menghentikan langkah. Ia mengamati ujung kakinya yang kotor. Ia teringat banyak hal yang membuatnya menempuh jarak ribuan kilometer. Lalu wajahnya setengah berpaling. Seperti ada yang menepuk pundaknya. Mengusap tengkuk hingga membuatnya menggigil. Suara itu mencair, keluar dari telinga. Dari sekian kehangatan yang pernah hadir, barangkali desah itulah yang memaksa matanya berkaca-kaca.
Tapi ia benar-benar tak tahu perasaannya, sedih ataukah bahagia. Yang jelas mengalir semakin deras ke seluruh tubuh. Ada yang perlahan membelai dada. Ada yang meluncur melintasi punggung. Ada yang telah sampai di perut. Sebagian di antaranya memilih mukim di pusar, melingkar-lingkar. Setelah puas dengan rambut, perlahan mulai mengetuk mata. Pecahlah kaca-kaca. Leleh larut. Memasuki mulut. Mencuci gigi, membasuh lidah lalu melewati kerongkongan sebelum memenuhi setiap organ bagian dalam. Terus mengalir, meluap, hingga semua terlewat. Terlampaui.
Lelaki itu kian kuyub, seolah seluruh cairan tubuhnya turut mengalir keluar melalui tiap lubang pori-pori. Bisa dibilang hari masih sore, masih jauh dari puncak malam. Pintu dan jendela masih terbuka, tapi tak ada lagi suara yang bisa dikeluarkan. Ia hanya bisa menanti dan menanti. Lelaki itu masih mendengar suara dari geletar lidah kelu, lidah yang kering itu. Lidah perempuan yang suaranya mencair di telinga.
"Aku ingin bercinta", kata perempuan itu, "Hingga aku tertidur nanti teruslah bicara".
Lepas tengah malam, dari kejauhan, keduanya hanya bisa memandang bayang-bayang mereka sedang berpelukan, berciuman. Tak peduli cahaya yang menimpa, lelaki itu bicara sendiri dalam diam. Tubuhnya geming memenuhi keinginan kekasihnya. Meneruskan persetubuhan. Hingga batas umur, sebelum lalu tersungkur.
2012 - 2017

Rabu, 04 Oktober 2017

PENYELAMATAN

PENYELAMATAN


Dia terbiasa tidur saat hari sudah larut malam setidaknya setelah semua penghuni rumah selain dirinya telah terlelap. Bahkan akhir-akhir ini sering kali di atas jam dua, bisa dibilang menembus dini hari.

Dan alasan yang menurutnya cukup penting dikemukakan terkait jadwal atau lebih tepat kebiasaan tidurnya, adalah, dia dapat melakukan aktifitas yang disukainya sebelum tidur dengan lebih leluasa tanpa harus repot menjawab pertanyaan yang mungkin timbul. Berlatih lebih fokus dengan hanya mengalami sedikit gangguan, sebelum beristirahat dengan tenang.

Seperti malam ini, dengan wajah sumringah sesekali meringis karena perilaku nyamuk, dia menghangatkan kembali sayur asam yang dimasak oleh istrinya tadi siang. Menurutnya hal ini mesti dilakukan karena ia melihat masih ada dua potong jagung manis dan beberapa iris sayur lainnya yang terendam kedinginan dan tentu saja harus diselamatkan sebelum terlanjur membusuk dan berakhir di tempat sampah.

Upaya penyelamatan yang dilakukannya dengan cara mengunyah, mencecap rasa manis, asam, asin yang menyatu dengan kuah rempah dan kemudian menelannya ini, semata-mata bukan karena rasa lapar. Namun lebih kepada tanggung jawab yang diemban. Baginya merupakan upaya menuntaskan beban cita-cita dari semua bahan makanan yang telah diolah menjadi sajian, Mesti habis dimakan sebelum mukim di lambung lalu menjadi kotoran yang harus dibuang di jamban.

Begitulah pada akhirnya sesendok kuah hangat mendorong butir jagung terakhir dengan riang memasuki kerongkongan---gerbang rasa syukur bagi dirinya dan pintu faedah untuk semangkok sayur.


2017

Minggu, 01 Oktober 2017

BINTANG DAN YANG BUKAN

BINTANG DAN YANG BUKAN


suatu malam 
langit dipenuhi kerlip bintang 
seperti lampu-lampu kota besar
yang terlihat dari puncak bukit
dari rumit ketenangan

di malam yang lain
hanya tampak sebuah bintang
pada luas langit yang bersih---
berpijar sendirian di kegelapan 
---tak peduli pada sunyi

pun semalam
ia muncul sebentar di mataku
sebelum dihapus hujan---
musim tak pernah pandang bulu

meski memiliki cahaya sendiri
ia tak kuasa menghadapi cuaca
sebagaimana api kecil lilin
terhadap angin---satu rasa ingin
---kadang bikin penasaran

dari panggung-panggung lain
beberapa aktor dan penyanyi
memainkan komedi dan tragedi
di bawah lampu-lampu temaram
pecah setiap malam 

tak merasa jengah atau bosan
mereka tidak ingin melihat langit
tidak pernah tahu gelap terang
bertebaran


2017