Rabu, 27 September 2017

TANPA SUARA

TANPA SUARA


kami tak cuma tubuh,
menjadi tua bukan sebab usia

baik, baiklah paduka,
hingga diputihkannya rambut, 
yang tiap helainya seribu kali sebut 
tak pernah cukup.

namamu---keheningan yang bising---
yang kami usung tiap kali kepala pusing
agar kami lekas lelah, pasrah
pada satu kata.

diam.


2011 - 2017

Kamis, 14 September 2017

SUDAH PENUH

SUDAH PENUH


buanglah kotoran jika sudah penuh 
memang harus ada tempat pembuangan.

di sini saja sayang---tidak apa-apa--- 
mulutku masih dapat kubuka lebih lebar.

sunya menjelang subuh
aku menerima kabar melegakan darimu,
kaubilang bahwa aku telah mati.

segera kumasukkan kepala dan seluruh tubuh 
jauh ke dalam tanah, pada luas kesabaran.

namun, mesti digali dulu sebuah lubang, 
di halaman belakang, ya halaman belakang,
dekat tempat pengimaman.


2013 - 2017

Sabtu, 09 September 2017

BINGUNG

BINGUNG


Sebotol smirnoff dan segelas bir bisa saja kehilangan daya sihir ketika apa yang hadir seolah-olah tumbuh seperti rumput liar dari kedalaman hati. Kita bisa sebut sekian kenyataan lalu kita tuliskan seperti daftar belanja sebuah keluarga kaya yang akan mempersiapkan pesta pernikahan anak perempuannya. Tak cukup satu halaman folio untuk memenuhi sekian keinginan yang telah dipertuan oleh kebodohan dan keterbatasan yang sejak mula memang telah melekat itu. 

Lalu kenyataan sering kali bisa begitu unik seperti tatkala kita menyerahkan keterbatasan diri untuk dibelaskasihani udara atau disumpahserapahi pagi. Sebut saja, cemas yang arogan, sedih yang teduh, ragu yang malas-malasan atau riang yang riuh. Datang dan pergi silih berganti. Sekian dari banyak hal yang kemudian dirindukan itu, secara diam-diam telah melakukan proses pembunuhan dengan perlahan. Amat perlahan, berbulan, bertahun. Mengikis sedikit demi sedikit rasa percaya diri. Hingga untuk membedakan mana nafas mana detak nadi, kita lebih percaya kepada komputer dan kitab suci. Begitu mesra, menggiriskan tapi.

Pada akhirnya menjadi robot atau hewan merupakan pilihan yang sangat menggoda, seperti gemeretak otot sang pejantan, kerling para betina di kala bulan purnama atau kerlip lampu warna-warni. Sukar melepaskan diri ketika libido rasa ingin tahu mencapai puncaknya. Pertemuan nafsu, birahi dan prasangka yang asal-asalan---makin mencengkeram, kian mengakar, menembus sampai ke dasar. Selanjutnya seseorang bisa saja memilih memenggal kepalanya sendiri dari pada meneruskan perbincangan. 

Yang menyedihkan sebenarnya bukan terletak pada riang gembiranya sebuah perdebatan. Bahkan, benturan antara apa yang telah dipahami dengan kenyataan yang melahirkan jalan buntu pun belum menjadi sesuatu yang paling menakutkan. Apa yang bisa dibayangkan, saat keputusan yang diambil lalu ditindaklanjuti secara nyata tersebut, hanya dilandasi oleh ragu bimbang yang berlarut-larut, selain mendapati diri berada dalam lorong panjang pada labirin gelap.

Mau apa lagi? Baca mantra? Matek aji? Ngimpi.

  
09.09.2012

Kamis, 07 September 2017

SAMPAI JUMPA

SAMPAI JUMPA


inilah laku, meski otot-otot menjadi kaku
tetap berlatih untuk sesuatu yang akan
menjadi bagian dari masa lalu, dilupakan,
seiring pergerakan matahari rembulan.

engkau yang melintas ke utara, sudah
sampaikah di selatan, sudahkah berada
di belakang lelaki tua yang dulu pernah 
menyemburkan ludah, lalu kaubantah?

dia yang mengalami, tak ke mana-mana,
hanya membalas lambaian tanganmu, 
sesaat sebelum engkau mulai perjalanan.
pada garis bujur---lintang demi lintang.

selamat tinggal---kata-kata terakhirmu---
dibalasnya dengan senyum tanpa duka.


2014 - 2017

BUKAN KHAWATIR

BUKAN KHAWATIR


dijemur sehari semalam,
di bawah atap, di samping rumah,
beberapa lembar kain putih melambai-lambai, 
seolah ajakan untuk lekas-lekas sampai.

angin mengeringkannya,
tapi tidak berarti mempercepat keberangkatan,
barat hanya berada di sebelah kanan,
ketika menghadap ke selatan.

memandang jauh ke dalam, kepada ketinggian 
pada gunung-gunung yang terlihat samar, 
dari sini, dari tempat aku berdiri---
pantai utara yang rawan.

ini bukan berpaling ke belakang, bukan karena
mercusuarnya lebih rendah dari pencakar langit,
meski di depan hamparan laut begitu maut
---bekal telah terlipat, aman tersimpan.

akan dipakai pada saat yang tepat,
setelah badan lunglai, diayun-ayun mimpi
---ombak yang membuatmu miris di garis batas,
garis tipis yang nyaris terabaikan.

saat aku menukar prasangka dengan kenyataan,
kaulah yang bertanya, "ke mana saja?"

siapa bilang mengapung, aku bukanlah kayu---
aku tidak ke mana-mana, tanah adalah tempatku.

rindu tanpa rasa khawatir.


2013 - 2017

Jumat, 01 September 2017

MELAMPAUI SUWUNG

MELAMPAUI SUWUNG


biasanya diawali ketika dada terasa growong 
---hampa merambat pelan lalu hampir seluruh 
indra tidak lagi berfungsi---tanda, isyarat pun 
tak sampai, tak ada cemas, tanpa kesadaran.

lebih, dari sekadar tanpa semangat---hanya 
semenit dua, tapi nyaris segala yang tadinya 
pernah ada tiba-tiba lenyap.

lupa perihal hidup dan mati---masihkah ingin 
tahu tentang air mata yang tak kunjung jatuh,
betapa pun, bumi telah melambaikan tangan,
dan ia sudah bosan bergelantungan.

bukan perkara kau telah bilang, 'lupakan saja'
lalu dianggap mengakhiri sekian persoalan, 
yang dibangun dari rasa bosan.

justru karena itu, kita akan sanggup bertahan
---apa perlunya takut kepada badut-badut.

sementara kita tidak yakin bahwa kita adalah
bayi manusia yang belum memiliki rasa ingin,
sebagaimana semilir angin.


2014 - 2017