Jumat, 28 November 2008

SEPERCIK AIR

Kurniawan Yunianto :

SEPERCIK AIR



hembusan angin pagi
melentingkan tetesan embun dari ujung daun
sepercik air, tetap saja membasahi tanah

sementara sekawanan lebah mengiringkan sang ratu hijrah
terik matahari tak pernah lupa mematangkan segenap ciptaan

tak perlu menunggu hujan menderas
untuk memecahkan cadas


sejengkal ke depan ke tanah berkalang
tak surut langkah memakin juang

pernah kubilang, beberapa rasa ingin telah moksa
nah, ini satu diantaranya, yang masih tersisa

aku ingin cepatcepat mati
kerna jika nanti hidup kembali
aku bisa memilih menjadi siapa saja yang kuingini
tentu bukan lagi raja ataupun si penyanyi



kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar