Kamis, 09 Maret 2017

SEPADAT ANGIN

SEPADAT ANGIN


sedapat mungkin sepadat angin, begitu katanya
sambil terus menelan kalimat lain yang tak pernah
bikin kenyang, tapi justru membuatnya selalu
lapar dan haus.

kalimat penyaksian itu, telah menjadi menu utama
sehari-hari. setidaknya ia tak lagi membaca tulisan
yang awalnya sulit dieja. 

kini, ia tahu apa yang mesti dilakukan, yang harus
dikerjakan, jika kenyataan yang berkait paut dengan 
jiwa raga mendadak hadir, bahkan jika kemudian
cuma kebetulan mampir.

hangat sejuknya tergantung cuaca, tapi yang pasti
ia hanya butuh berhembus saja -- pergi  pulang
tak terbaca.


2013 -- 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar