Sabtu, 12 November 2016

HIDUP DAN KUTUB-KUTUB

HIDUP DAN KUTUB-KUTUB


Sore itu, si penggemar cerita silat yang wajahnya mulai tampak segar mengemukakan pendapatnya kepada pemilik warung, perihal obat flu cair buatan dalam negeri yang dikemas secara sachetan yang dibelinya dua hari yang lalu. Ia merasa cocok, menurutnya obat itu meski terlalu semriwing di mulut, pedas di lidah, tapi cukup bisa diandalkan guna menghangatkan badan dan melegakan tenggorokan.

Tetangga --pemilik warung-- yang ramah itu merasa senang bahkan tanpa diminta, berbaik hati memberinya saran tentang cara lain meminum cairan tersebut, yaitu dengan terlebih dulu mencampurkannya ke dalam segelas teh hangat. Dan cara lain itu memang cukup menakjubkan, membuatnya dapat berulang kali menikmati sensasi yang muncul di tiap tegukan, di tiap kali kombinasi kehangatan tersebut mengalir dalam tubuhnya.

Sejak itulah, ia mengkonsumsi obat tersebut dengan lebih banyak dan lebih sering, tak peduli tubuhnya sedang sakit atau pun sehat. Tak peduli siang atau pun malam, panas atau hujan. Sebab masih menurutnya, aturan pakai yang baik adalah yang dapat membuat siapa saja yang meminumnya merasa senang dan bahagia.

Lagi pula manusia hidup lebih layak dan pantas didengar serta dipercaya. Tentu manusia hidup yang sudah cukup lama dikenalnya ketimbang tulisan dengan huruf kecil pada kemasan obat yang jelas-jelas tak akan pernah bisa menjawab satu dua pertanyaannya saat itu juga. Dan yang benar-benar membuatnya malas dan enggan adalah, dibutuhkannya perilaku ekstra untuk dapat membaca huruf-huruf mungil tersebut. Sedangkan akhir-akhir ini ia sering lupa dimana terakhir kali meletakkan kaca mata plusnya.

Ia akan lebih senang memilih bermain-main dengan kucingnya --bendhol zoegkzoegk mitrolelono-- yang meski belum ada seminggu tinggal di rumahnya tapi tak akan membuatnya repot mencari-cari ketika ia ingin bendhol berada di dekatnya. Merubah sesuatu yang sudah tertata bukanlah gayanya. Membongkar rak, mengacak-acak barang di atas meja atau merangkak di lantai hanya untuk menemukan benda dari kaca yang membuat matanya tak nyaman, telinganya risih, serta wajahnya terlihat aneh adalah perbuatan yang berlebihan.

Bagaimanapun berhubungan dengan makhluk hidup tentu jauh lebih terhormat dan bermartabat, dari pada sibuk berurusan dengan segala macam tetek bengek benda mati. Apa lagi benda mati yang hampir bisa dikatakan sama sekali tak punya manfaat bagi yang hidup dan kehidupan.


***** 

Ketika suatu saat nanti, di sebuah kedai kopi kau bertemu lelaki yang kebetulan juga menggemari krupuk mlempem ini, maka bisa jadi itu adalah keberuntungan pertama --salah satu bentuk dari rejeki-- yang patut disyukuri, mengingat pecandu oplosan --obat flu cair dan teh hangat-- itu akhir-akhir ini sudah banyak mengurangi aktivitasnya bepergian. Termasuk mengunjungi cafe dan kedai kopi. Dan pertemuan tidak bisa tidak merupakan rejeki, karunia tuhan kepada masing-masing pihak. 

Keberuntungan kedua adalah ketika kau berkesempatan bertanya kepadanya, taruh misal tentang wedang kopi yang disukainya, dan kemudian dia menjawab, hanya menyukai dua jenis wedang kopi, Itu sesungguhnya, ia mau mengatakan bahwa dia memang menyukai semua jenis wedang kopi, yang menurutnya hanya terdiri dari dua jenis. Atau lebih tepatnya, dengan sekuat tenaga ia sedang berupaya keras menyukai kedua jenis wedang kopi tersebut. Pertama yang bertabur garam, kedua yang tidak bertabur garam. Selanjutnya, bukan tidak mungkin rejeki-rejeki lain segera menyusul.

Setelah sekian lama dan tentunya lebih sering bertemu dengannya, kau pasti akan mendengar kata-kata seperti berikut, ketika ciptaan tuhan cuma ada dua, itu berarti yang pertama adalah kamu yang kedua tentu saja yang bukan kamu. Sebagaimana pula halnya tentang musik, entah sudah berapa kali ia katakan, bahwa hanya ada dua tentang hal itu, blues dan bukan blues. Keberuntungan lain yang tidak dapat ditolak.

Usianya yang sudah di atas kepala empat dan sikapnya yang sangat mencintai kehidupan membuatnya semakin hati-hati dalam menjalani hidup.  Dan sering kali ia melihat segala sesuatunya dari penyatuan dua kutub, dua arah yang berlawanan itu. Namun kadang dibutuhkan pula sudut-sudut dengan derajat sekian angka tak terhingga di belakang koma, sebagai satu penegasan. Dan tentunya boleh-boleh saja sebuah pandangan akan dianggap terlalu sederhana meski juga tidak apa-apa jika dinilai tak cukup sederhana atau terlalu rumit. Merdekalah kita.


12.11.2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar