Jumat, 11 November 2016

SEPARUH KAMI

SEPARUH KAMI


separuh kami sedang tamasya
berbaring di matahari, bersama
nasionalisme yang agung itu.

membincang negeri, di cafe-cafe 
yang memadati cincin saturnus, 
lalu buang sampah di rembulan

membiarkan leluhur menyesal
perihal rasi bintang, sabuk orion,
lintang waluku yang malu-malu.

lalu apa salahnya, jika ikut bikin
pabrik, jauh di pedalaman jupiter
tanpa bingung tentang polusi.

beginilah kami, tinggal setengah
di hadapan sepasang penjajah,
sibuk memunguti remah-remah.

anak-anak kami sekelas penjarah
di sepanjang lekuk garis sejarah,
tak usai menumpahkan darah.

sembari tak henti berteriak-teriak,
"mana mata, mana lidah, mana"
tapi selalu langit diam, bungkam.

beberapa organ sudah tidak ada 
yang tersisa cuma sepasang kaki,
lubang dan sebatang kemaluan.


11.11.2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar